Pengalaman pertama
menuju waktu Indonesia tengah. Selisih waktu yang mencapai 1 jam lebih awal
dibandingkan kota asalku. Wangi-wangi, Wakatobi, sulawesi selatan.
Memang ini
bukanlah pengalaman backpacker yang pertama bagiku, tapi bermodal nekad aku
berangkat ke timur Indonesia. Disana, kenalan ga punya, sodara apa lagi, tapi
karna tujuannya mulia “mencari ilmu dan mencari ridho ilahi” insyaallha aman..
Saat itu
diawali dengan mata kuliah kerja lapangan yang mana kita diwajibin buat kerja
praktek lapangan di instansi-intansi terkait program stadiku yakni Ilmu
Kelautan. Aku besama sahabatku yang udah aku anggap kakak sendiri mencari-cari
instansi mana nih yang mau kita kunjungi buat PKL ini. alih-alih pengen tampil
beda.. pengen tempat yang asik, pengen bercengkrama langsung sama dunia laut..
kita mencari-cari tema mengenai Akustik Kelautan biar beda aja, ga bermaksud
pamer dan sok keren juga.
Alhasil kita menemukan
seorang bapak, ilmuan yang berkecimpung di dunia akustik laut, namanya bapak
Agus, langsung deh kita hubungi bapaknya. Akhirnya setelah komunikasi yang ga
terlalu singkat tapi ga panjang juga, kita sama pak Agus ini udah sepakat dan
dapet izin buat ikutan proyek akustiknya dan pak Agus juga bersedia menjadi
pembimbing kita di lapangan.
“ya saya senang dengan semangat
kalian untuk mengikuti proyek ini” kata pak Agus melalui telpon
“iya pak kami sangat tertarik
untuk mengkaji mengenai akustik ini, memang belum banyak hal yang kami pahami
secara langsung mengenai akustik laut ini. Maka dari itu kami sangat berharap
bimbingan bapak” jelasku kepada pak Agus
“tapi proyek ini ga di Jakarta,
tapi di Sulawesi Selatan. Tahun ini saya ada proyek disana.” Tambah pak Agus
yang sontak saja aku dan kak atik terkejut mendengarnya.
“sulawesi ya pak? Jauh ya pak,
saya diskusiin dulu sama orang tua dan temen saya ya pak, nanti saya langsung
kabarin bapak” jawabku
“iyaa boleh, jangan terburu-buru,
fikirkan saja dulu.” Pak Agus bicara santai
“baik pak, saya akan kabarkan
secepatnya, terimakasih banyak untuk waktunya pak” sapaku yang setelah itu
mengucapkan salam dan menutup telpon.
Aku
dan kak atik langsung diskusi sama kedua orang tua kita masing-masing. Kak atik
langsung mendapat izin dari ayahnya tetapi ibunya masih berat untuk memberikan
izin. Sedang aku terbalik, ibuku memberikan izin namun ayah masih berat untuk
mengizinkan.. akhirnya setelah membujuk-bujuk dan meyakinkan bahwa kita akan
lebih hati-hati dan saling menjada satu sama lain orang tua kita memberikan
izin untuk keberangakatan kita berdua ke sulawesi.
Sebenarnya
kedua orang tua kita memang berat untuk
memberikan izin anak-anak gadisnya ini untuk pergi ke tempat yang jauh seperti
itu. Mungkin malah ga pernah terbayangkan oleh kedua orang tuaku bahwa aku akan
bepergian hingga sejauh itu. Namun melihat tekat dan keinginan yang kuat dari
anaknya, mereka mencoba untuk memberikan kepercayaan. Dan mungkin ini bisa
menjadi pembelajaran dan pengalaman yang sangat berharga bagi anaknya.
0 komentar:
Posting Komentar