Sabtu, 12 September 2015


Pengalaman pertama menuju waktu Indonesia tengah. Selisih waktu yang mencapai 1 jam lebih awal dibandingkan kota asalku. Wangi-wangi, Wakatobi, sulawesi selatan.
Memang ini bukanlah pengalaman backpacker yang pertama bagiku, tapi bermodal nekad aku berangkat ke timur Indonesia. Disana, kenalan ga punya, sodara apa lagi, tapi karna tujuannya mulia “mencari ilmu dan mencari ridho ilahi” insyaallha aman..
Saat itu diawali dengan mata kuliah kerja lapangan yang mana kita diwajibin buat kerja praktek lapangan di instansi-intansi terkait program stadiku yakni Ilmu Kelautan. Aku besama sahabatku yang udah aku anggap kakak sendiri mencari-cari instansi mana nih yang mau kita kunjungi buat PKL ini. alih-alih pengen tampil beda.. pengen tempat yang asik, pengen bercengkrama langsung sama dunia laut.. kita mencari-cari tema mengenai Akustik Kelautan biar beda aja, ga bermaksud pamer dan sok keren juga.
Alhasil kita menemukan seorang bapak, ilmuan yang berkecimpung di dunia akustik laut, namanya bapak Agus, langsung deh kita hubungi bapaknya. Akhirnya setelah komunikasi yang ga terlalu singkat tapi ga panjang juga, kita sama pak Agus ini udah sepakat dan dapet izin buat ikutan proyek akustiknya dan pak Agus juga bersedia menjadi pembimbing kita di lapangan.
“ya saya senang dengan semangat kalian untuk mengikuti proyek ini” kata pak Agus melalui telpon
“iya pak kami sangat tertarik untuk mengkaji mengenai akustik ini, memang belum banyak hal yang kami pahami secara langsung mengenai akustik laut ini. Maka dari itu kami sangat berharap bimbingan bapak” jelasku kepada pak Agus
“tapi proyek ini ga di Jakarta, tapi di Sulawesi Selatan. Tahun ini saya ada proyek disana.” Tambah pak Agus yang sontak saja aku dan kak atik terkejut mendengarnya.
“sulawesi ya pak? Jauh ya pak, saya diskusiin dulu sama orang tua dan temen saya ya pak, nanti saya langsung kabarin bapak” jawabku
“iyaa boleh, jangan terburu-buru, fikirkan saja dulu.” Pak Agus bicara santai
“baik pak, saya akan kabarkan secepatnya, terimakasih banyak untuk waktunya pak” sapaku yang setelah itu mengucapkan salam dan menutup telpon.
    Aku dan kak atik langsung diskusi sama kedua orang tua kita masing-masing. Kak atik langsung mendapat izin dari ayahnya tetapi ibunya masih berat untuk memberikan izin. Sedang aku terbalik, ibuku memberikan izin namun ayah masih berat untuk mengizinkan.. akhirnya setelah membujuk-bujuk dan meyakinkan bahwa kita akan lebih hati-hati dan saling menjada satu sama lain orang tua kita memberikan izin untuk keberangakatan kita berdua ke sulawesi.

     Sebenarnya kedua orang tua kita memang berat  untuk memberikan izin anak-anak gadisnya ini untuk pergi ke tempat yang jauh seperti itu. Mungkin malah ga pernah terbayangkan oleh kedua orang tuaku bahwa aku akan bepergian hingga sejauh itu. Namun melihat tekat dan keinginan yang kuat dari anaknya, mereka mencoba untuk memberikan kepercayaan. Dan mungkin ini bisa menjadi pembelajaran dan pengalaman yang sangat berharga bagi anaknya.
Next
This is the most recent post.
Previous
This is the last post.

0 komentar:

Posting Komentar